HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM Tarbiyah

Yakin Usaha Sampai

  • Kalender

    Mei 2009
    M S S R K J S
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  
  • Kategori Tulisan

  • CHAT ROOM

  • komentar

    iza pada PINTAR VS BODOH ???
    sulis pada contoh proposal skripsi
    sistem informasi sek… pada PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM…
    Stop Dreaming Start… pada contoh proposal skripsi
    laila pada contoh proposal skripsi
    qossam pada PKS Cuma Gertak Sambal
    alqossam pada PKS Cuma Gertak Sambal
    suriza pada Demo Hotel Grand Antares
    zay pada Demo Hotel Grand Antares
    zay pada Demo Hotel Grand Antares
    zay pada Demo Hotel Grand Antares
    dir88gun2 pada PKS Cuma Gertak Sambal
    qossam pada newsletter
    ressay pada MAKALAH LK-II
    dedekusn pada PINTAR VS BODOH ???
  • http://princess135.blogspot.com www.islamonline.com
  • Archive for Mei 16th, 2009

    ada apa dengan Facebook?

    Posted by alqossam86 pada 16 Mei 2009

    Facebook semakin berbahaya Cetak E-mail
    Saturday, 16 May 2009 12:00 WIB
    BUDI WINOTO


    Facebook tak selamanya aman. Laporan terbaru menyebutkan situs jejaring sosial itu berubah menjadi situs penyebar kebencian sosial. Facebook telah dipenuhi kelompok yang mempromosikan kekerasan rasial, homoseksual dan terorisme.

    Laporan terbaru Simon Wiesenthal Center yang dirilis kemarin menunjukkan jumlah kelompok bermasalah di situs jejaring sosial semacam Facebook, MySpace maupun YouTube naik 25%. Penelitian itu juga menyebut kelompok penyebar kebencian dan militan juga menggunakan Facebook untuk merekrut anggota baru.

    Simon Wiesenthal Center menyebut terdapat lebih dari 10.000 situs, kelompok di jejaring sosial, portal, blog, ruang chat, video dan game di internet yang bermasalah. Kelompok ini mempromosikan kekerasan rasial, homoseksual dan terorisme.

    Laporan itu mengambil contoh terorisme digital misalnya saja yang dilakukan oleh kelompok “Gay Mati Saja” dari Kroasia. Selain itu di You Tube juga dijadikan sarana penyebaran kebencian dengan menampilkan video pembakaran Al Quran.

    Sementara kelompok militan semacam Hezbollah, Taliban, al Qaeda, FARC Colombia juga menggunakan situs jejaring sosial untuk merekrut anggota baru. Lembaga itu telah memonitor internet lebih dari satu dekade.

    Dalam beberapa tahun terakhir kelompok penyebar kebencian telah naik drastis. Simon Wiesenthal Center menyebut Facebook sering kali menghapus kelompok yang melanggara aturannya. “Namun dengan user lebih dari 200 juta, akan sulit menghapus semua ekstrimis online yang ada,” kata lembaga itu.

    Abraham Cooper dari lembaga itu mengatakan, situs YouTube juga telah melakukan hal yang sama. Konten rasis di YouTube sudah sering dihapus. Namun user bisa dengan mudah membuat profil, channel atau mengirim materi baru.

    Kelompok ekstrimis juga membuat situs jaringan sosial sendiri. Salah satunya adalah “New Saxon,” yang digambarkan sebagai “situs jejaring sosial khusus untuk keturunan Eropa”. Situs ini dibuat oleh kelompok Neo-Nazi Amerika yang disebut National Socialist Movement.

    Kelompok lain bukan membuka situs, tapi menjalankan game online yang dibuat oleh organisasi Iran disebut “Operasi spesial 85”. Game lain “patroli perbatasan” menugaskan pemainnya untuk menembak warga Meksiko termasuk anak-anak dan wanita jika ingin menobos masuk AS.

    Yang membahayakan dari game seperti ini dianggap hal yang lumrah. Generasi muda menilai game rasis seperti itu dianggap hal biasa. Game seperti itu juga dianggap sebagai lelucon biasa dan tak perlu dianggap serius. “Orang melihat hal itu seperti lelucon, sampai hal buruk terjadi,” ingat lembaga itu.
    (wol01/inilah)

    Posted in Berita | Komentar Dinonaktifkan pada ada apa dengan Facebook?

    SBY-BUDIONO ???

    Posted by alqossam86 pada 16 Mei 2009

    SBY-Boediono ‘lahirkan’ korban Cetak E-mail
    Saturday, 16 May 2009 00:00 WIB
    AHLUWALIA

    Tak dinyana, begitu banyak figur politisi yang menderita ‘sesak napas’ dan berkorban perasaan gara-gara keputusan SBY memilih Boediono sebagai cawapres. Mereka adalah para politisi yang sempat diberi harapan untuk bersanding dengan SBY, tapi kenyataannya tidak dipakai sama sekali.

    Dari Partai Golkar, sederet nama tokoh yang terpaksa menelan pil pahit itu antara lain Aburizal Bakrie, Surya Paloh, Sultan Hamengku Buwono, Akbar Tanjung, dan tentu saja Jusuf Kalla. Nama yang terakhir ini malah melejit menjadi capres Golkar untuk berduel dengan SBY, sang incumbent.

    Dari PKS, ada nama Hidayat Nur Wahid dan Tifatul Sembiring, sementara dari PAN ada Hatta Rajasa. Dari PKB ada Muhaimin Iskandar. Dari kalangan profesional ada Jimly Asshidiqie dan Sri Mulyani.

    Semua figur itu sempat dihembuskan ke ruang publik bakal jadi cawapres SBY dan dikejar-kejar wartawan, sampai harus berlari sambil memegang celana atau roknya. Bahkan sebagian sudah gede rasa (ge-er) segala. Walah. Eh, tak tahunya semua nama itu mental dari Tim Sembilan Partai Demokrat.

    Nama yang masuk justru Boediono, figur yang datang belakangan, meski menuai kritik tajam dari PKS, PAN, PKB dan PPP yang tergabung dalam koalisi Blok Cikeas. Direktur Lembaga Survei Nasional (LSN), Umar S Bakry, mengibaratkan duet SBY-Boediono sebagai sebuah perkawinan tanpa restu.

    Perkawinan mereka memang relatif mulus dan tanpa diketahui banyak pihak. Meski begitu, perkawinan mereka bukan tanpa penentangan. Alotnya ‘restu’ dari PKS, PAN, dan PPP, dianggap sebagai penolakan perkawinan mereka. “SBY-Boediono itu kawin tanpa restu dan persetujuan,” imbuh Umar.

    Sejauh ini, keempat partai berbasis massa Islam itu melakukan perlawanan dengan gertak sambal. Memang, hingga menjelang deklarasi duet SBY-Boediono di Bandung, Jumat (15/5) malam, partai-partai pendukung Demokrat belum menandatangani kesepakatan koalisi.

    Tapi mereka itu tak mau keluar dari kubu Cikeas, karena rezeki dan reward-nya sudah jelas. Jadi, mereka masih ada dalam kubu Cikeas, sehingga terkesan ‘galak tapi mau’.

    Menurut pengamat politik Yudi Latif, belum ditekennya koalisi oleh PKS dan PAN terjadi karena sikap Demokrat yang arogan. Seolah-olah SBY segala-galanya dan pasti menang lagi.

    “Jadi Demokrat tidak mempertimbangkan faktor dari partai lain saat memilih cawapresnya,” kata Yudi Latif usai memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Wapres Jusuf Kalla di kantor Istana Wapres, Jakarta, Jumat.

    Dalam koalisi, tidak ada namanya hak prerogatif. Jika yang terjadi seperti ini, seolah-olah SBY sudah jadi presiden, sehingga yang lain ikut saja. Padahal, koalisi harus dibangun berdasarkan pada kepentingan bersama.

    Walhasil, deklarasi duet SBY-Boediono yang digelar penuh kemegahan Jumat (15/5) malam tak hanya melahirkan harapan bagi pendukungnya, tapi juga meninggalkan para korban perasaan itu semua. Anda mau mengkritik? Silakan saja!
    (wol01/inilah)

    Posted in Berita | Komentar Dinonaktifkan pada SBY-BUDIONO ???

    PKS Cuma Gertak Sambal

    Posted by alqossam86 pada 16 Mei 2009

    Manuver PKS cuma politik dagang sapi Cetak E-mail
    Saturday, 16 May 2009 20:00 WIB
    WASPADA ONLINE

    JAKARTA – Kembalinya PKS ke pangkuan Partai Demokrat menjadi bukti paling nyata bahwa partai dakwah itu hanya mampu melontarkan gertak sambal. PKS akhirnya berubah sikap karena ada transaksi politik dagang sapi yang dilakukan para elitenya dengan Partai Demokrat.

    “Hal itu terjadi karena transaksi dagang sapinya deal antara PKS dengan Demokrat, ya ancaman atau penentangan kepada Boediono itu mereka (PKS) lupakan,” kata peneliti LSI Burhanudin Muhtadi dalam diskusi ‘Koalisi dan capres’ di Warung Daun, Jakarta, tadi siang.

    Ia mengatakan manuver itu biasa dalam politik. Tapi setidaknya PKS harus menjelaskan kepada publik atas dasar apa perubahan sikap itu.

    “Apa alasan PKS hanya dalam wakru 1×24 jam PKS sudah bisa berubah 180 derajat, yang sebelumnya habis-habisan menentang Boediono, bahkan Pak Fahri yang pernah mengatakan SBY itu musuh saya (PKS),” paparnya.

    Menurutnya, PKS berubah pikiran karena deal-deal sudah terjadi ketika pertemuan antara SBY dengan Ketua Majelis Syura PKS Hilmi Aminuddin di Bandung, sebelum deklarasi SBY Berbudi.

    “Makanya ada angin yang membuat mereka berubah pikiran karena kesepakatan itu sudah terjadi dalam pertemuan antara elit, SBY dengan Hilmi,” imbuhnya.

    Ia menilai manuver antara PKS dengan PD itu adalah sebuah akrobat politik biasa yang menunjukkan pragmatisme. Tidak hanya PKS dengan PD, tapi juga semua parpol yang akan berlaga di Pilpres 2009.

    “Contohnya PDIP yang dulu ramai mau mendekat ke Demokrat. Itu sebetulnya gertakan PDIP ke Gerindra supaya menurunkan harga capresnya, agar Prabowo mau menjadi cawapres Mega. PDIP ingin menjunjukkan mereka juga bisa balik mendukung SBY, rival berat Prabowo,” tandasnya.
    (dat01/inilah)

    Posted in Berita | 3 Comments »